Lalu saya memutuskan untuk mengambil Obyek yang juga menarik yang ada di kota saya tercinta yakni Masjid Agung Surakarta. berikut adalah Tugas saya :-)
TUGAS
ILMU BUDAYA
DASAR
Setyasih
Harini,S.IP.,M.Si
Disusun Oleh
:
Nama : Amalia Diah Savitri
NPM : 16430024
Prodi : Hubungan Internasional
Fakultas
Ilmu sosial dan ilmu politik
Universitas
Slamet Riyadi Surakarta
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masjid Agung Surakarta
ialah jejak zaman, yang mampu melintasi waktu dan telah dicatat dalam panggung
sejarah Islam di Nusantara. Di masa silam Masjid yang di dirikan oleh Paku
Buwana III ( 1745 – 1749 ) bukanlah sekedar ruang ibadah bagi mayarakat.
Bangunan tua nan sakral ini merupakan syarat utama bagi sebuah tata ruang kota
kerajaan Dinasti Mataram Islam yang telah dibakukan oleh para Raja pendahulu.
Seperti halnya komponen alun – alun dan pasar yang mewakili kehidupan profane
manusia.
Juga bagian dari symbol
politis Raja bahwa Susuhunan Paku Buwana memegang kekuasaan di bidang agama.
Sekaligus menjadi penanda proses Islamisasi , lalu perpaduan antara arsitektur
Islam dan Hindu mengukuhkan Masjid Agung Surakarta sebagai warisan agung dari
masa lampau yang masih bisa kita liat dan kita pelajari di era sekarang. Dan
ritual Grebek ,Sekaten dan kegiatan keagamaan yang digelar di kompleks masjid,
dari dulu hingga sekarang menandakan bahwa Masjid Agung Surakarta tak lapuk
ditelan zaman…
BAB II
PEMBAHASAN
a. Sejarah Masjid Agung
Masjid Agung Kraton Surakarta
hampir di setiap kota besar
di Indonesia ada Masjid ber-sejarah. Salah satu diantaranya ialah Masjid Agung
Surakarta. Baik umur dan peranannya di masa lampau, sekarang dan yang akan
datang. Masjid Agung tetap dibicarakan orang.
Tidak lama sesudah pusat kerajaan KARTASURA dipindahkan ke SURAKARTA pada
17 Februari 1745 M atau 14 Suro tahun Je 1670 Saka, maka 12 tahun kemudian
sebuah masjid resmi yang didirikan oleh kerajaan mulai dibangun. Letaknya tidak begitu jauh dari istana,yaitu
disebelah barat alun-alun utara, menghadap ke timur
Sebab musabab dipindahkannya pusat kerajaan tersebut menurut catatan
sejarah adalah karena kerusuhan – kerusuhan yang dialami akibat adanya beberapa
sengketa dalam negari antara lain pemberontakan yang dipelopori lascar Cina.
Sebuah team penyelidik yang dikirim lalu melaporkan bahwa yang paling
tepat untuk pusat kerajaan ialah desa di sebelah timur Kartasura bernama Sala.
. setelah persetujuan dicapai maka dalam pemerintahan Sri Susuhanan Pakubuwana
III tahun ( 1749 – 1788) Masuhi , maka di didirikan lah Masjid Agung yang
dicita-citakan itu. Untuk mudahnya saja ditirulah bentuk bangunan yang mirip
Masjid Agung Demak yang didirikan oleh para Wali penyiar Agama di Jawa.
Bangunan itu berbentuk “TAJUK” ialah bangunan Klasik dengan atap bersusun
tiga, oleh para wali hal itu ditafsirkan sebagai pokok – pokok tuntunan islam.
Masjid Agung Kraton Surakarta (nama resmi bahasa Jawa: Masjid Ageng Karaton Surakarta Hadiningrat) pada masa
pra-kemerdekaan adalah masjid agung milik
kerajaan (Surakarta Hadiningrat) dan berfungsi selain sebagai tempat ibadah
juga sebagai pusat syiar Islam bagi warga
kerajaan.
Masjid
Agung dibangun oleh Sunan Pakubuwono III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768. Masjid
ini merupakan masjid dengan katagori masjid jami',
yaitu masjid yang digunakan untuk salat berjamaah dengan ukuran makmum
besar (misalnya salat Jumat dan salat Ied). Dengan status sebagai masjid
kerajaan, masjid ini juga berfungsi mendukung segala keperluan kerajaan yang
terkait dengan keagamaan, seperti Grebeg dan
festival Sekaten.
Raja (Sunan) Surakarta berfungsi sebagai panatagama (pengatur urusan
agama) dan masjid ini menjadi pelaksana dari fungsi ini. Semua pegawai masjid
diangkat menjadi abdi dalem kraton, dengan gelar seperti Kanjeng Raden
Tumenggung Penghulu Tafsiranom (untuk penghulu) dan Lurah Muadzin untuk juru adzan.
Dan
kepemilikan dari Masjid Agung Surakarta saat ini adalah kepemilikan Pemerintah
Pusat, yang dilindungi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jateng untuk bangunan
Fisik dari Masjid Agung Surakarta tersebut, dan untuk pelestarian kebudayaan
masih tetap dilestarikan oleh Keraton Surakarta.
b. Kelengkapan Masjid
masjid – masjid di Pulau Jawa dalam bentuknya yang asli pada umumnya mempunyai bagian ruang yang mirip dengan rumah – rumah Jawa Klasik. Ruang induk pada Masjid terdapat di dalamnya Mihrab ( tempat imam berdiri) dan Mimbar ( tempat khatib khutbah jika hari Jum’at) penuh ukir-ukiran dan tulisan indah dari ayat – ayat Al-Qur’an . kaligrafi banyak terdapat di atas pintu – pintu Masjid
ruang induk ini terdapat Saka Guru ( tiang utama ) yang berjumlah empat buah sebagai titik awak bagi Masjid Agung , dan didirikan pada tahun Wawu 1689 Saka atau 1757 M , ruang dalam ini memiliki panjang 34,25 m dan lebar 33,53 m . bisa untuk memuat jamaah dengan perhitungan 1 baris (shaf) 100 orang dan kebelakang bisa memuat 20 baris , maka akan berjumlah 2000 orang.
Masjid Agung menempati lahan seluas 19.180 meter persegi yang dipisahkan dari lingkungan sekitar dengan tembok pagar keliling setinggi 3,25 meter. Bangunan Masjid Agung Surakarta merupakan bangunan bergaya tajug yang beratap tumpang tiga dan berpuncak mustaka (mahkota). Gaya bangunan tradisional Jawa ini adalah khusus untuk bangunan masjid.Di dalam kompleks Masjid Agung dapat dijumpai berbagai bangunan dengan fungsi kultural khas Jawa-Islam. Juga terdapat maksura, yang merupakan kelengkapan umum bagi masjid kerajaan.
Kawasan pagar
- Pagar keliling, dibangun pada masa Sunan Pakubuwana VIII tahun 1858.digunakan untuk melindungi masjid pada masa itu
- Gapura, ada tiga pintu masuk, dengan gapura utama berbentuk paduraksa berada di sisi timur menghadap alun-alun dan sekarang sudah berganti gaya Timur Tengah dibangun pada masa PB X dan juga terdapat dua gapura kecil di sisi utara dan selatan.
Kawasan halaman masjid
- Pagongan, terdapat di sisi utara dan selatan setelah memasuki gapura utama masjid. Bentuk berupa pendapa dengan ukuran bangunan sama. Fungsinya adalah sebagai tempat gamelan kraton diletakkan dan dimainkan sewaktu perayaan Sekaten (festival memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW).
- Istal dan garasi kereta untuk raja ketika Salat Jumat dan Gerebeg, diperkirakan dibangun bersamaan dengan dibangunnya Masjid Agung Surakarta. Sekarang telah di tempati sebagai ruang Tata Usaha Masjid Agung
- Menara adzan, mempunyai corak arsitektur terinsirasi dari Qutub Minar di Delhi, India. Didirikan pada tahun 1928 (masa Sunan Pakubuwana XI).digunakan untuk agar masyarakat dapat mendengarkan adzan pada waktu sholat dengan jarah jauh.
- Istiwak, yaitu gnomon (pancang) yang menjadi bagian jam matahari untuk menentukan waktu salat.untuk menentukan waktu dhuhur tepat 12:00 siang,
- Gedang Selirang, merupakan kompleks perumahan yang dipergunakan untuk para abdi dalem yang mengurusi masjid.
Kawasan masjid
- Serambi, mempunyai semacam lorong yang menjorok ke depan (tratag rambat) yang bagian depannya membentuk kuncung.
- Ruang Utama, mempunyai empat saka guru dan dua belas saka rawa. Kelengkapan yang ada antara lain adalah mihrab, maksura, dan mimbar sebagai tempat khatib.
- Pawestren (nruang untuk keputren) samping kiri dan kanan menyerupai ruang gandok dalam ruangan rumah tangga, ruangan selatan maksudnya untuk keputrian dan bagian utara untuk kantor dan ruang untuk belajar al-qur’an
- Tempat berwudhu.didalamnya terdapat kolam kecil dengan maksud dahulu jika orang akan masuk ke masjid harus mencelupkan kakinya agar bersih dari segala kotoran dan najis.
LAMPIRAN
Pada saat wawancara
dengan Pengurus Masjid Agung Surakarta dan Staf Tata Usaha
Pada saat wawancara
dengan Pak Mustaqim selaku pengurus Masjid Agung Surakarta
Hasil Wawancara
Nama Narasumber : Bapak Mustaqim ( Pengurus Masjid )
Alamat : Komplek Gedang Selirang
Berikut Hasil Waancara
:
Pewawancara : Assalammualaikum.wr.wb
Narasumber : Waalaikumsalam.wr.wb
Pewawancara : selamat
siang bapak, maaf mengganggu waktunya sebentar. Perkenalkan nama saya Amelia Diah
Savitri, Mahasiswa dari Universitas Slamet Riyadi Surakarta, kedatangan saya
kemari ingin meminta waktunya sebentar dengan Bapak untuk berwawancara
mengenai Masjid Agung Surakarta ini, apakah Bapak berkenan ?
Narasumber : oh.. iyha mbak silahkan
Pewawancara : jika
boleh tau dengan bapak siapa ?
Narasumber : nama
saya Mustaqim mbak, biasa di panggil Pak Mus
Pewawancara : Jika
boleh saya tau sudah berapa lama bapak bekerja sebagai pengurus masjid agung ini ?
Narasumber : saya sudah 30 tahun bekerja sebagai pengurus masjid
ini mbak dari waktu saya muda hingga sekarang
Pewawancara : dapatkah
bapak bercerita sedikit mengenai sejarah masjid agung ini selama bapak menjadi pengurus
masjid agung ?
Narasumber : Masjid Agung dibangun
oleh Sunan Pakubuwono III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768. Masjid
ini merupakan masjid dengan katagori masjid jami',
yaitu masjid
yang digunakan untuk salat berjamaah dengan ukuran makmum
besar (misalnya
salat Jumat dan salat Ied). Dengan status sebagai masjid kerajaan masjid ini juga
berfungsi mendukung segala keperluan kerajaan yang terkait dengan
keagamaan, seperti Grebeg dan
festival Sekaten.
Raja (Sunan) Surakarta berfungsi
sebagai panatagama (pengatur urusan agama) dan masjid ini menjadi pelaksana
dari fungsi ini. Semua pegawai masjid diangkat menjadi abdi dalem kraton, dengan gelar seperti Kanjeng Raden Tumenggung
Penghulu Tafsiranom (untuk
penghulu) dan Lurah Muadzin untuk juru adzan.
Pewawancara : lalu
bagian – bagian apa saja yang terdapat di masjid agung ini bapak ? bisakah disebutkan beberapa di antaranya ?
Narasumber : ada banyak mbak, mulai dari
- Pagar keliling, dibangun pada
masa Sunan Pakubuwana VIII
tahun 1858.digunakan untuk melindungi masjid pada
masa itu
- Gapura, ada tiga pintu masuk,
dengan gapura utama berbentuk paduraksa berada di sisi timur menghadap alun-alun dan sekarang sudah berganti gaya
Timur Tengah dibangun pada masa PB X dan
juga terdapat dua gapura kecil di sisi utara dan selatan.
- Pagongan, terdapat di sisi utara
dan selatan setelah memasuki gapura utama masjid. Bentuk berupa pendapa dengan
ukuran bangunan sama. Fungsinya adalah sebagai tempat gamelan kraton diletakkan dan dimainkan
sewaktu perayaan Sekaten (festival memperingati hari
kelahiran Nabi Muhammad SAW).
- Istal dan garasi kereta
untuk raja ketika Salat Jumat dan Gerebeg,
diperkirakan dibangun bersamaan dengan dibangunnya Masjid Agung Surakarta.
Sekarang telah di tempati sebagai ruang Tata Usaha Masjid Agung
- Menara adzan, mempunyai corak
arsitektur terinsirasi dari Qutub Minar di Delhi,
India. Didirikan pada tahun 1928
(masa Sunan Pakubuwana XI).
- Istiwak, yaitu gnomon
(pancang) yang menjadi bagian jam matahari untuk menentukan waktu salat.untuk
menentukan waktu dhuhur tepat 12:00 siang,
- Gedang Selirang, merupakan
kompleks perumahan yang dipergunakan untuk para abdi dalem yang mengurusi masjid.
- Serambi, mempunyai semacam lorong
yang menjorok ke depan (tratag rambat) yang bagian depannya membentuk kuncung.
- Ruang Utama, mempunyai empat saka
guru dan dua belas saka
rawa. Kelengkapan yang ada antara lain adalah mihrab, maksura, dan mimbar sebagai tempat khatib.
- Pawestren (nruang untuk keputren)
samping kiri dan kanan menyerupai ruang gandok dalam ruangan rumah tangga,
ruangan selatan maksudnya untuk keputrian dan bagian utara untuk kantor dan
ruang untuk belajar al-qur’an
- Tempat berwudhu.didalamnya
terdapat kolam kecil dengan maksud dahulu jika orang akan masuk ke masjid harus
mencelupkan kakinya agar bersih dari segala kotoran dan najis.
Pewawancara : Oh.. seperti itu, lalu untuk bangunan masjid
ini apakah milik seutuhnya kraton ? ataukah milik pemerintah pak ?
Narasumber : kepemilikan dari Masjid Agung
Surakarta saat ini adalah kepemilikan Pemerintah Pusat,
yang dilindungi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jateng untuk bangunan Fisik dari Masjid
Agung Surakarta tersebut, dan untuk pelestarian kebudayaan masih tetap
dilestarikan oleh Keraton Surakarta
Pewawancara : perayaan
apa saja kah yang sering di adakan di masjid agung ini pak ?
Narasumber : biasanya digunakan untuk tradisi Sekaten , Grebek
Syawal, Grebek Besar, dan malam 21
Pewawancara : ohh
seperti itu, baiklah bapak sebelumnya terimakasih banyak atas waktu yang telah di berikan
kepada saya, dan saya berterimakasih juga atas ilmu yang telah sedikit bapak
berikan mengenai masjid agung ini,
Narasumber : iyha mbak sama- sama, semoga sedikit ilmu yang
bisa saya berikan dapat membantu dalam mengerjakan tugas.
Pewawancara : amin..
sekali lagi terimakasih bapak , assalammualaikum. Wr.wb
Narasumber :
waalaikumsalam.wr.wb
Reverensi :
Buku Sejarah Masjid Agung Surakarta Penerbit Yayasan Mardikintoko
Buku Sejarah Masjid Agung Surakarta milik Tata Usaha Masjid Agung Surakarta
( Buku tidak di perjual belikan karna Milik Tata Usaha )
nice sekali
BalasHapusPunya buku tentang masjid agung surakarta tidak??
BalasHapus