PAPER STUDI KAWASAN TIMUR TENGAH
Praktek Diplomasi Regional Timur Tengah pasca 1924-2000
Hubungan Dengan Union of Soviet Socialist Republics (USSR)
(Studi Kasus Konflik Arab – Israel)
Disususn
Oleh :
Amelia Disa 16430024
Program
Studi Hubungan Internasional
Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS
SLAMET RIYADI SURAKARTA
Timur
Tengah merupakan kawasan yang strategis, siapa yang bisa mendominasi daratan
ini akan dianggap akan bisa mendominasi dunia. Bebarapa alasan yang menjadikan
Timur Tengah sebagai daratan yang paling banyak di incar oleh kekuatan besar
karena Timur Tengah merupakan salah satu tempat yang bila di lihat dari
geopolitik Timur Tengah terletak pada pertemuan Eropa, Asia, Afrika sehingga
kawasan ini merupakan pintu masuk utama ke ketiga benua tersebut. Dan juga
Timur Tengah memiliki kekayaan Alam yang melimpah di bidang Perminyakan, Timur
Tengah juga menjadi tempat lahirnya agama-agama besar seperti Islam, Kristen,
dll dari banyaknya keunggulan yang dimiliki oleh Timur Tengah ini membuat
sering mencari incaran negara-negara super power termasuk Uni soviet, Hubungan
Uni Soviet dengan Timur Tengah sudah terjalin pada tahun 1918, pasca Revolusi
Bolshevik yang dimana kebijakan luar negeri Soviet cenderung untuk mendukung
perjuangan masyarakat diberbagaian benua untuk melawan terbebas dari iktana
Kapitalisme, Imperialisme, dan Feodalisme yang biasanya dilakukan oleh
Negara-Negara Barat.
Walaupun
banyak akan sumber daya alam yang salah satunya berupa minyak dan tempat menjadi
tempat yang strategis, Timur Tengah sendiri masih sering terjadi Konflik di
dalamnya yang didasari pada perbedaan diantara mereka, salah satunya seperti
yang kita ketahui rakyat Timur Tengah terdiri dari suku yang berbeda-beda dan
adanya pandangan bahwa suku saya yang lebih mendominasi inilah sebagian kecil
contoh perbedaan yang menyebabkan Timur Tengah sering untuk berkonflik dan
Timur Tengah pun mayoritas masyarakat beragama Muslim inilah salah satu faktor
terjadinya Konflik Arab-Israel yang dimana Israel adalah negara Yahudi dari
perbedaan inilah konflik terus berjalan sampai kepada perebutan wilayah yang
sampai saat ini pun konflik tersebut belum juga usai.
Ø Awal
terjadinya Konflik Arab – Israel
Pasca
perang dunia pertama PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) menyetujui mandat yang
diberikan oleh Britania raya atau Inggris untuk menjadikan Negara Palestina
sebagai sebuah negara yang sebagian besar masyarakatnya adalah orang Yahudi dan
pada tahun 1947 PBB menyetujui adanya pembagian wilayah Palestina menjadi dua
wilayah yaitu Negara Yahudi dan Negara Islam, sebagian besar kelompok Yahudi
menyetujui adanya gagasan tersebut tetapi berbeda dengan negara-negara Arab
yang sama sekali tidak menerima adanya gagasan tersebut karena menurut sebagian
besar Negara Negara Arab kelompok Yahudi mendapatkan luas wilayah yang
cukup besar jika dibandingkan dengan apa
yang di terima oleh Negara Negara Arab.
Oleh
sebab adanya rasa ketidak adilan ini pun berbagai konflik muncul antara
Negara-negara Arab dengan kelompok Yahudi dan pada pada 1 desember 1947
beberapa Negara Arab termasuk pasukan libanon, Suriah dll melakukan tindakan
penyerangan terhadap kelompok Yahudi yang baru saja memproklamasikan negara
Israel yang dimana Uni Soviet juga menjadi salah satu Negara yang mengakui
kemerdekaan negara Israel.
Terjadi
pula perang 6 hari yang melibatkan negara Israel dengan beberapa negara Arab
perang dimuali dari tanggal 5 sampai 10 juni 1967 dalam perang ini Israel
berhasil memperluas wilayah mereka sampai ke Jalur Gaza, Semanjung Sinai, dan
tepian barat Yerussalem dan karena adanya perebutan dan perluasan wilayah ini
yang membuat konflik hingga sekarang tidak berakhir.
Dan
setelah perang 6 hari ini pun masih banyak
konflik yang terjadi antara Arab dan Israel salah satunya adalah konflik
Terusan Seuz yang melibatkan negara Mesir, Israel, Inggris, dan Perancis yang
dimana di dalam konflik ini didasari pada pertimbangan–pertimbangan ekonomi
pasca kolonialisme. Mesrir yang pada saat itu membutuhkan banyak dana meminta
bantuan kepada Amerika Serikat dan Amerika Serikat pun meyetujui adanya bantuan
tersebut tetapi dipertengahan tahun 1956 Amerika serikat mencabut bantuan
tersebut dikarenakan kedekatan yang terjadi antara Mesir dan Uni Soviet yang
dimana pada saat itu Uni Soviet adalah musuh besar bagi Amerika Serikat, akibat
kekurangan dana yang dialami oleh Mesir presiden Gamalabdul Naser pun
menasionalisasikan konflik ini, Keputusan Nasser untuk menas ionalisasi terusan
Seuz memiliki dua tujuan yaitu mencabut hak keuntungan bagi Perancis dan
Inggris, dan mencabut akses Israel terhadap saluran air tersebut hal ini
membuat kekuasaan colonial menjadi murka dan membentuk aliansi bersama yang
diberi nama operasi Muskeeter (serdadu bersenjata kuno), disetujui oleh lsrael,
Perancis dan Inggris, dan saluran tersebut direbut oleh kekuatan militer
gabungan pada tanggal 29 Oktober 1956 dan konflik inipun dimenangkan Israel,
Perancis, dan juga Inggris yang dikarenakan rendahnya kualitas Militer yang
dimiliki oleh Mesir dikarenkan para petinggi dari Negara tersebut tidak fokus
untuk mengurusi kekuatan Militer kemengan ini menyebabkan kemarahan Amerika
Serikat dan juga Uni Soviet yang dimana Uni Soviet mengancam akan melakukan
serangan balasan terhadap London dan Paris serta Amerika Serikat membawa tekanan
politik dan ekonomi yang cukup besar untuk dibebankan kepada Inggris, termasuk
ancaman untuk menarik bantuan vitalnya bagi mata uang Inggris.
Ø Peran
Uni Soviet di Konflik Arab Israel
Keterlibatan
Uni Soviet di Timur Tengah sendiri di dasari pada sikap anti Imperialis yang
dilakukan oleh bangsa Barat, sikap ini juga yang menjadikan Uni Soviet mau
mengakui kemerdekaan Israel yang dimana Uni soviet menjadi negara ke dua
setelah Amerika serikat, tetapi hubungan baik antara Uni Soviet dengan Israel
tidak berjalan lama dikarenkan adanya rasa kekhawatiran Stalin yang dipengaruhi oleh paham
anti-semitisme pada akhir kepemimpinannya dan
menyebabkan Uni Soviet beralih untuk membantu pergerakan nasionalisme di
semanjung Arab di Mesir, Iraq, dan Syiria untuk melawan legitimasi Isreal, Uni
Soviet memberikan dukungan kepada bangsa Arab melalui bantuan Militer yang
dimana pada saat itu kekuatan Militer yang dimiliki oleh bangsa Arab sanagt
kurang karena para petinggi pemrintah Arab paa saat itu kurang memerhatikan
kekuatan Militer mereka dan Uni Soviet juga membantu membangun bendungan Aswan
dan bantuan politik melalui PBB bantuan yang diberikan Uni Soviet kepada
negara-negara Arab ini lebih banyak jika dibandingkan dengan bantuan yang di
berikan Uni Soviet ke negara-negara lain yang ada di belahan dunia ini.
Ø Kepentingan Uni Soviet di Timur Tengah
Seperti yang sudah di jelaskan di atas apabila suatu ideologi
mampu mendominasi Timur Tengah maka seacara tidak langsung ideologi tersebut
mampu mendominasi dunia hal ini lah yang menyebabkan Uni Soviet ingin
memperluas Ideologi yang mereka miliki di Timur dan mengeser serta menandingi
peran aktif Amerika Serikat di Timur Tengah dengan cara membantu negara-negara
Arab untuk bisa keluar dari Imprealisme Barat sehingga timbulah citra baik Uni
Soviet di Timur Tengah khususnya di Mesir karena Mesir merupakan pintu masuk
untuk Uni Soviet agar bisa terlibat lebih jauh dalam perpolitikan di Timur
Tengah dan menjadi pijakan pemebentukan kebijakan dan Hegemoni Uni Soviet di
Timur Tengah, posisi Mesir sendiri sangat strategis bagi Uni Soviet karena
sebagai pusat nasionalisme Arab pada masa itu yang dimana mempermudah Uni
Soviet untuk dekat dengan negara-negara nasionalis tersebut. Adanya campur
tangan Uni Soviet di dalam konflik Arab-Israel menandakan bahwa kebijakan luar
negeri Soviet bukan hanya berbasis pada penyebaran Ideologi saja tetapi juga
untuk menjadikan Uni Soviet sebagian kekuatan politik besar di dunia menjadi
pertimbangan utama, dukungan yang diberikan oleh Uni Soviet kepada negara Mesir
salah satunya tidak hanya berlandaskan pada rasa simpati terhadap perjuangan
rakyat Mesir untuk melawan kekuatan Imperialisme barat tetapi juga untuk
pertimbangan posisi strategis yang diperoleh Uni soviet di Timur Tengah dengan
Mesir sebagai perpanjangan tangan untuk kepentingan Uni Soviet di Timur
tengah.
Ø Upaya Perdamaian yang di lakukan Uni Soviet di Konflik Arab –
Israel
Uni Soviet merupakan salah satu Negara yang menjadi aktor dibalik
beberapa perundingan damai antar Arab – Israel yang dimana salah satu upaya Uni
Soviet agar perundingan damai terjadi adalah dengan cara Soviet
mencoba menggunakan posisi Diplomatis yang mereka miliki untuk menekan Israel,
Inggris dan Perancis untuk menghentikan agresinya diwilayah Siani dan terusan
Seuz dengan membawa konflik ini ke tingkat PBB berikut adalah pesan dari
pemrintah Uni Soviet kepda PBB
2.
Agree
with representative of the Arab and asian Countries about introduction of the
join draf resolution which would include the following Basic provisions
a)
condemnation of armed attack of England, France and Israel to Egypt as the act
of aggression incompatible with the purposes and the principles of the UN;
b)
the recommendation of England, France and to Israel immediately to stop
military operations and to take away the armed forces from the territory of
Egypt and from the Egyptian territorial waters;
c)
appointment of the commission of the United Nations for supervision over
implementation of these recommendations of an emergency special session of
General Assembly. (Cahyo
2014)
Adanya
upaya ini juga menandakan bahwa Uni Soviet mendukung revolusi yang diajukan
oleh Negara-negara dunia ketiga sebagai bentuk usaha untuk Uni soviet meraih
kekuatan diplomatis dalam konflik terusan Suez dan alasan utama Uni Soviet
medukung resolusi ini adalah tak lain untuk kepentingan meraih diplomatis dalam
jangka panjang. Petinggi Uni Soviet pada saat itu juga menyadari bahwa
kemunculan dan suara dari Negara dunia ketiga mampu untuk menghadirkan kekutan
politis yang tidak kalah kuatnya dari blok Amerika Serikat dan Uni Soviet. Uni
Soviet juga percaya jika pada dalam konflik tersebut dimenangkan oleh Mesir
maka Uni Soviet akan mendapat pandangan sebagai pembela-pembela Negara-negara
dunia ketiga dan akan sangat berguna untuk kepentingan diplomatis Uni Soviet
terhadap pengaruhnya di Negara-negara dunia ketiga dan yang paling utama yag
incar oleh Soviet adalah kuatnya posisi mereka secara global dan bisa
mengalahkan kekuatan Amerika serikat
Dan
juga Uni Soviet menjadi salah satu Negara yang mensponsori terjadi Konferensi
Perdamaian Madrid pada tahaun 1991 yang
mana didalam konferensi perdamaian
ini dihadiri beberapa
negara-negara Arab kecuali Israel dan Mesir pada pertemuan ini pun Palestina
hadir tetapi bukan untuk menjadi wakil dari Palestina melainkan menjadi
perwakilan dari Yordania dan bukan pula diwakilkan oleh pemimpin Palestina
karena Israel menolak kehadiran Oganisasi Pembebasan Palestina (PLO)
Dalam
salah satu agendanya terdapat upaya perjanjian damai antara Yordania dan Israel
yang ditandatangani pada 26 Oktober 1994 di Lembah Areva, Israel, di dekat
perbatasan Israel-Jordania. Perjanjian itu ditandatangani PM Israel Yitzak
Rabin dan PM Yordania Abdelsalam al-Majali.
Perjanjian damai kedua Negara ini di saksikan oleh para petinggi dari
Amerika Serikat dan Uni Soviet pada saat itu yang sekaligus menjadi sponsor
dari adanya perdamain ini. (Muhammad; Trilaksana Agus
2016)
pada
Konferensi Washington pun Uni Soviet ikut andil didalamnya menjadi Sponsor
untuk konferensi ini bersama dengan Amerika Serikat. Konferensi Washington ini
sendiri membahas dua masalah pokok pemberian otonomi pemerintahan yan terbatas,
konferensi ini dihadiri oleh Yordania, Palestina, Suriah dan Lebanon serta
Israel tetapi di pertengahan konferensi berjalan Israel yang diperkenankan
untuk meninggalkan ruangan karena tidak bisa kondusif untuk mengikutijalannya konferensi
dalam perundingan ini dihadiri oleh dewan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) yang
dimana dalam perundingan ini PBB memihak kepada PLO (Palestina Liberation
Organization) dengan ditandai dengan keluarnya resolusi melalui dewan keamanan
yang menyaakan dan menegaskan bahwa tindakan dari tentara Israel telah
melanggar konvensi Jenewa IV yang berisikan tentang perlindungan atas warga
sipil di daerah pendudukan. Setelah terjadi banyaknya kendala untuk
menyelenggarakan konferensi ini akhirnya konferensi Washington berhasil
dilaksanakan dengan membahas rencana pemberian otonomi kepada rakyat daerah
pendudukan secara terbatas. Setelah banyak terjadi perdebatan yang sangat
sengit dari berbagai anggota yang mengikuti konferensi ini akhirnya konferensi
ini ditunda karena kunjung tiak terjadi mufakat didalamnya, perundingan kembali
dilanjutkan pada 7 januari 1992 tetapi disaat perundinga dilanjutkan Israel
menolak menerapkan prinsip land for peace dan perundingan kembali ditunda dan
dilanjutkan lagi pada tanggal 24 Februari – 04 Maret 1992 dengan fokus utama
adalah tetap membahas masalah otonomi bagi daerah pendudukan namu PM Israel
Yitzak Shamir lebih menekankan pada isu otonomi pemerintahan terbatas bagi
penduduk jalur Gaza dan Tepi Barat dan menolak isu teritorial karena menurut
Israel isu tersebut adalah sebagian bagian dari akhir pembagian wilayah, dari
perundingan ini terdapat kemajuan dari perundingan – perundingan yang tidak
menghasilkan apa-apa kemajuan dari perudingan ini pun dirasakan oleh warga
Palestina dengan diberlakukannya kecaman keras terhadap tindakan militer Israel yang memberlakukan tindakan
deportasi terhadap pemuda atau rakyat Palestina dan bersedia untuk mengikuti
keinganan Palestina Liberation Organization (PLO) untuk penasehat politik PLO
diijinkan untuk datang ke Washington guna menjadi anggota perundingan padahal
awalnya Israel tidak mengiinkan adanya Palestina Liberation Organization (PLO)
didalam perundingan tersebut walaupun pada akhirnya perundingan tersebut Israel
menyatakan tidak akan menarik pasukannya yang ada di Palestina dan Israel juga
menyatakan bahwa hanya Israel lah yang berhak untuk mengurus keamanan disegala
aspek. baik pemerintahan politik, sosial dan juga semua segi kehidupan maka
dengan kata lain Israel menolak untuk menyerahkan daerah kependudukan dan
akhirnya perundingan ini tidak berjalan lancar karena Palestina merasa
dirugikan oleh keinginan Israel dan perundingan ini tidak berhasil.
Cahyo, Nur Arif (2014). Keterlibatan Uni
Soviet Dalam Konflik Suez dan Perimbangan Kekuatan di Timur Tengah.
Muhammad: konflik Arab - Israel dan Intervensi
asig dalam peta sejarah politik Timur Tengah.
Trilaksana Agus (2016): Aspek Historis
Perananan PBB dalam Penyelesaiana Konflik Palestina - Israel 1967-1995 04.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar