Senin, 12 Desember 2016

Sejarah Masjid Agung Surakarta , Tugas Ilmu Budaya Dasar

Beberapa minggu yang lalu seusai UTS awal saya menjadi seorang Mahasiswa saya diberikan tugas oleh dosen saya mencari sesuatu yang memiliki kebudayaan, entah itu event di kota , tempat tempat yang masih memiliki kebudayaan , dll.
Lalu saya memutuskan untuk mengambil Obyek yang juga menarik yang ada di kota saya tercinta yakni Masjid Agung Surakarta. berikut adalah Tugas saya :-)





TUGAS
ILMU BUDAYA DASAR
Setyasih Harini,S.IP.,M.Si




Disusun Oleh :
Nama : Amalia Diah Savitri
NPM : 16430024
Prodi : Hubungan Internasional


Fakultas Ilmu sosial dan ilmu politik
Universitas Slamet Riyadi Surakarta
2016




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Masjid Agung Surakarta ialah jejak zaman, yang mampu melintasi waktu dan telah dicatat dalam panggung sejarah Islam di Nusantara. Di masa silam Masjid yang di dirikan oleh Paku Buwana III ( 1745 – 1749 ) bukanlah sekedar ruang ibadah bagi mayarakat. Bangunan tua nan sakral ini merupakan syarat utama bagi sebuah tata ruang kota kerajaan Dinasti Mataram Islam yang telah dibakukan oleh para Raja pendahulu. Seperti halnya komponen alun – alun dan pasar yang mewakili kehidupan profane manusia.

Juga bagian dari symbol politis Raja bahwa Susuhunan Paku Buwana memegang kekuasaan di bidang agama. Sekaligus menjadi penanda proses Islamisasi , lalu perpaduan antara arsitektur Islam dan Hindu mengukuhkan Masjid Agung Surakarta sebagai warisan agung dari masa lampau yang masih bisa kita liat dan kita pelajari di era sekarang. Dan ritual Grebek ,Sekaten dan kegiatan keagamaan yang digelar di kompleks masjid, dari dulu hingga sekarang menandakan bahwa Masjid Agung Surakarta tak lapuk ditelan zaman…


                                  






BAB II

PEMBAHASAN

 

a.   Sejarah Masjid Agung

Masjid Agung Kraton Surakarta

hampir di setiap kota besar di Indonesia ada Masjid ber-sejarah. Salah satu diantaranya ialah Masjid Agung Surakarta. Baik umur dan peranannya di masa lampau, sekarang dan yang akan datang. Masjid Agung tetap dibicarakan orang.

Tidak lama sesudah pusat kerajaan KARTASURA dipindahkan ke SURAKARTA pada 17 Februari 1745 M atau 14 Suro tahun Je 1670 Saka, maka 12 tahun kemudian sebuah masjid resmi yang didirikan oleh kerajaan mulai dibangun.  Letaknya tidak begitu jauh dari istana,yaitu disebelah barat alun-alun utara, menghadap ke timur

Sebab musabab dipindahkannya pusat kerajaan tersebut menurut catatan sejarah adalah karena kerusuhan – kerusuhan yang dialami akibat adanya beberapa sengketa dalam negari antara lain pemberontakan yang dipelopori lascar Cina.

Sebuah team penyelidik yang dikirim lalu melaporkan bahwa yang paling tepat untuk pusat kerajaan ialah desa di sebelah timur Kartasura bernama Sala. . setelah persetujuan dicapai maka dalam pemerintahan Sri Susuhanan Pakubuwana III tahun ( 1749 – 1788) Masuhi , maka di didirikan lah Masjid Agung yang dicita-citakan itu. Untuk mudahnya saja ditirulah bentuk bangunan yang mirip Masjid Agung Demak yang didirikan oleh para Wali penyiar Agama di Jawa.
Bangunan itu berbentuk “TAJUK” ialah bangunan Klasik dengan atap bersusun tiga, oleh para wali hal itu ditafsirkan sebagai pokok – pokok tuntunan islam.

Masjid Agung Kraton Surakarta (nama resmi bahasa Jawa: Masjid Ageng Karaton Surakarta Hadiningrat) pada masa pra-kemerdekaan adalah masjid agung milik kerajaan (Surakarta Hadiningrat) dan berfungsi selain sebagai tempat ibadah juga sebagai pusat syiar Islam bagi warga kerajaan.

Masjid Agung dibangun oleh Sunan Pakubuwono III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768. Masjid ini merupakan masjid dengan katagori masjid jami', yaitu masjid yang digunakan untuk salat berjamaah dengan ukuran makmum besar (misalnya salat Jumat dan salat Ied). Dengan status sebagai masjid kerajaan, masjid ini juga berfungsi mendukung segala keperluan kerajaan yang terkait dengan keagamaan, seperti Grebeg dan festival Sekaten. Raja (Sunan) Surakarta berfungsi sebagai panatagama (pengatur urusan agama) dan masjid ini menjadi pelaksana dari fungsi ini. Semua pegawai masjid diangkat menjadi abdi dalem kraton, dengan gelar seperti Kanjeng Raden Tumenggung Penghulu Tafsiranom (untuk penghulu) dan Lurah Muadzin untuk juru adzan.

Dan kepemilikan dari Masjid Agung Surakarta saat ini adalah kepemilikan Pemerintah Pusat, yang dilindungi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jateng untuk bangunan Fisik dari Masjid Agung Surakarta tersebut, dan untuk pelestarian kebudayaan masih tetap dilestarikan oleh Keraton Surakarta.

 

b.   Kelengkapan Masjid

masjid – masjid di Pulau Jawa dalam bentuknya yang asli pada umumnya mempunyai bagian ruang yang mirip dengan rumah – rumah Jawa Klasik. Ruang induk pada Masjid terdapat di dalamnya Mihrab ( tempat imam berdiri) dan Mimbar ( tempat khatib khutbah jika hari Jum’at) penuh ukir-ukiran dan tulisan indah dari ayat – ayat Al-Qur’an . kaligrafi banyak terdapat di atas  pintu – pintu Masjid

ruang induk ini terdapat Saka Guru ( tiang utama ) yang berjumlah empat buah sebagai titik awak bagi Masjid Agung , dan didirikan pada tahun Wawu 1689 Saka atau 1757 M , ruang dalam ini memiliki panjang 34,25 m dan lebar 33,53 m . bisa untuk memuat jamaah dengan perhitungan 1 baris (shaf) 100 orang dan kebelakang bisa memuat 20 baris , maka akan berjumlah 2000 orang.

Masjid Agung menempati lahan seluas 19.180 meter persegi yang dipisahkan dari lingkungan sekitar dengan tembok pagar keliling setinggi 3,25 meter. Bangunan Masjid Agung Surakarta merupakan bangunan bergaya tajug yang beratap tumpang tiga dan berpuncak mustaka (mahkota). Gaya bangunan tradisional Jawa ini adalah khusus untuk bangunan masjid.
Di dalam kompleks Masjid Agung dapat dijumpai berbagai bangunan dengan fungsi kultural khas Jawa-Islam. Juga terdapat maksura, yang merupakan kelengkapan umum bagi masjid kerajaan.

Kawasan pagar

  • Pagar keliling, dibangun pada masa Sunan Pakubuwana VIII tahun 1858.digunakan untuk melindungi masjid pada masa itu
  • Gapura, ada tiga pintu masuk, dengan gapura utama berbentuk paduraksa berada di sisi timur menghadap alun-alun dan sekarang sudah berganti gaya Timur Tengah dibangun pada masa PB X  dan juga terdapat dua gapura kecil di sisi utara dan selatan.










 

 

Kawasan halaman masjid

  • Pagongan, terdapat di sisi utara dan selatan setelah memasuki gapura utama masjid. Bentuk berupa pendapa dengan ukuran bangunan sama. Fungsinya adalah sebagai tempat gamelan kraton diletakkan dan dimainkan sewaktu perayaan Sekaten (festival memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW).

  • Istal dan garasi kereta untuk raja ketika Salat Jumat dan Gerebeg, diperkirakan dibangun bersamaan dengan dibangunnya Masjid Agung Surakarta. Sekarang telah di tempati sebagai ruang Tata Usaha Masjid Agung
  • Menara adzan, mempunyai corak arsitektur terinsirasi dari Qutub Minar di Delhi, India. Didirikan pada tahun 1928 (masa Sunan Pakubuwana XI).digunakan untuk agar masyarakat dapat mendengarkan adzan pada waktu sholat dengan jarah jauh.


  • Istiwak, yaitu gnomon (pancang) yang menjadi bagian jam matahari untuk menentukan waktu salat.untuk menentukan waktu dhuhur tepat 12:00 siang,


  • Gedang Selirang, merupakan kompleks perumahan yang dipergunakan untuk para abdi dalem yang mengurusi masjid.

Kawasan masjid

  • Serambi, mempunyai semacam lorong yang menjorok ke depan (tratag rambat) yang bagian depannya membentuk kuncung.





  • Pawestren (nruang untuk keputren) samping kiri dan kanan menyerupai ruang gandok dalam ruangan rumah tangga, ruangan selatan maksudnya untuk keputrian dan bagian utara untuk kantor dan ruang untuk belajar al-qur’an

  • Tempat berwudhu.didalamnya terdapat kolam kecil dengan maksud dahulu jika orang akan masuk ke masjid harus mencelupkan kakinya agar bersih dari segala kotoran dan najis.


















LAMPIRAN


Pada saat wawancara dengan Pengurus Masjid Agung Surakarta dan Staf Tata Usaha 


  
Pada saat wawancara dengan Pak Mustaqim selaku pengurus Masjid Agung Surakarta








Hasil Wawancara
Nama Narasumber  : Bapak Mustaqim ( Pengurus Masjid )
Alamat                    : Komplek Gedang Selirang

Berikut Hasil Waancara :

Pewawancara  : Assalammualaikum.wr.wb 

Narasumber     : Waalaikumsalam.wr.wb 

Pewawancara : selamat siang bapak, maaf mengganggu waktunya sebentar. Perkenalkan nama saya Amelia Diah Savitri, Mahasiswa dari Universitas Slamet Riyadi Surakarta, kedatangan saya kemari ingin meminta waktunya sebentar dengan Bapak untuk berwawancara mengenai Masjid Agung Surakarta ini, apakah Bapak berkenan ?

Narasumber :   oh.. iyha mbak silahkan 

Pewawancara : jika boleh tau dengan bapak siapa ?

Narasumber :    nama saya Mustaqim mbak, biasa di panggil Pak Mus

Pewawancara : Jika boleh saya tau sudah berapa lama bapak bekerja sebagai pengurus masjid agung ini ?

Narasumber :   saya sudah 30 tahun bekerja sebagai pengurus masjid ini mbak dari waktu saya muda hingga sekarang

Pewawancara : dapatkah bapak bercerita sedikit mengenai sejarah masjid agung ini selama bapak  menjadi pengurus masjid agung ?

Narasumber :  Masjid Agung dibangun oleh Sunan Pakubuwono III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768. Masjid ini merupakan masjid dengan katagori masjid jami', yaitu masjid yang digunakan untuk salat berjamaah dengan ukuran makmum besar (misalnya salat Jumat dan salat Ied). Dengan status sebagai masjid kerajaan masjid ini juga berfungsi mendukung segala keperluan kerajaan yang terkait dengan keagamaan, seperti Grebeg dan festival Sekaten. Raja (Sunan) Surakarta berfungsi sebagai panatagama (pengatur urusan agama) dan masjid ini menjadi pelaksana dari fungsi ini. Semua pegawai masjid diangkat menjadi abdi dalem kraton, dengan gelar seperti Kanjeng Raden Tumenggung Penghulu Tafsiranom (untuk penghulu) dan Lurah Muadzin untuk juru adzan.

Pewawancara : lalu bagian – bagian apa saja yang terdapat di masjid agung ini bapak ? bisakah disebutkan beberapa di antaranya ?

Narasumber : ada banyak mbak, mulai dari
- Pagar keliling, dibangun pada masa Sunan Pakubuwana VIII tahun 1858.digunakan untuk melindungi masjid pada masa itu
- Gapura, ada tiga pintu masuk, dengan gapura utama berbentuk paduraksa berada di sisi timur menghadap alun-alun dan sekarang sudah berganti gaya Timur Tengah dibangun pada masa PB X  dan juga terdapat dua gapura kecil di sisi utara dan selatan.
- Pagongan, terdapat di sisi utara dan selatan setelah memasuki gapura utama masjid. Bentuk berupa pendapa dengan ukuran bangunan sama. Fungsinya adalah sebagai tempat gamelan kraton diletakkan dan dimainkan sewaktu perayaan Sekaten (festival memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW).
- Istal dan garasi kereta untuk raja ketika Salat Jumat dan Gerebeg, diperkirakan dibangun bersamaan dengan dibangunnya Masjid Agung Surakarta. Sekarang telah di tempati sebagai ruang Tata Usaha Masjid Agung
- Menara adzan, mempunyai corak arsitektur terinsirasi dari Qutub Minar di Delhi, India. Didirikan pada tahun 1928 (masa Sunan Pakubuwana XI).
- Istiwak, yaitu gnomon (pancang) yang menjadi bagian jam matahari untuk menentukan waktu salat.untuk menentukan waktu dhuhur tepat 12:00 siang,
- Gedang Selirang, merupakan kompleks perumahan yang dipergunakan untuk para abdi dalem yang mengurusi masjid.
- Serambi, mempunyai semacam lorong yang menjorok ke depan (tratag rambat) yang bagian depannya membentuk kuncung.
- Ruang Utama, mempunyai empat saka guru dan dua belas saka rawa. Kelengkapan yang ada antara lain adalah mihrab, maksura, dan mimbar sebagai tempat khatib.
- Pawestren (nruang untuk keputren) samping kiri dan kanan menyerupai ruang gandok dalam ruangan rumah tangga, ruangan selatan maksudnya untuk keputrian dan bagian utara untuk kantor dan ruang untuk belajar al-qur’an
- Tempat berwudhu.didalamnya terdapat kolam kecil dengan maksud dahulu jika orang akan masuk ke masjid harus mencelupkan kakinya agar bersih dari segala kotoran dan najis.

Pewawancara : Oh.. seperti itu, lalu untuk bangunan masjid ini apakah milik seutuhnya kraton ? ataukah   milik pemerintah pak ?

Narasumber : kepemilikan dari Masjid Agung Surakarta saat ini adalah kepemilikan Pemerintah Pusat, yang dilindungi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jateng untuk bangunan Fisik dari Masjid Agung Surakarta tersebut, dan untuk pelestarian kebudayaan masih tetap dilestarikan oleh Keraton Surakarta

Pewawancara : perayaan apa saja kah yang sering di adakan di masjid agung ini pak ?

Narasumber :   biasanya digunakan untuk tradisi Sekaten , Grebek Syawal, Grebek Besar, dan  malam 21

Pewawancara : ohh seperti itu, baiklah bapak sebelumnya terimakasih banyak atas waktu yang telah di berikan kepada saya, dan saya berterimakasih juga atas ilmu yang telah sedikit bapak berikan mengenai masjid agung ini,

Narasumber :  iyha mbak sama- sama, semoga sedikit ilmu yang bisa saya berikan dapat membantu dalam mengerjakan tugas.

Pewawancara : amin.. sekali lagi terimakasih bapak , assalammualaikum. Wr.wb

Narasumber : waalaikumsalam.wr.wb 











Reverensi : 
Buku Sejarah Masjid Agung Surakarta Penerbit Yayasan Mardikintoko 
Buku Sejarah Masjid Agung Surakarta milik Tata Usaha Masjid Agung Surakarta
( Buku tidak di perjual belikan karna Milik Tata Usaha  )