Kamis, 17 Oktober 2019

Tugas Paper Salah satu konflik di Timur Tengah


PAPER STUDI KAWASAN TIMUR TENGAH
Praktek Diplomasi Regional Timur Tengah pasca 1924-2000
Hubungan Dengan Union of Soviet Socialist Republics (USSR)
(Studi Kasus Konflik Arab – Israel)



Disususn Oleh :
Amelia Disa 16430024


Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

Timur Tengah merupakan kawasan yang strategis, siapa yang bisa mendominasi daratan ini akan dianggap akan bisa mendominasi dunia. Bebarapa alasan yang menjadikan Timur Tengah sebagai daratan yang paling banyak di incar oleh kekuatan besar karena Timur Tengah merupakan salah satu tempat yang bila di lihat dari geopolitik Timur Tengah terletak pada pertemuan Eropa, Asia, Afrika sehingga kawasan ini merupakan pintu masuk utama ke ketiga benua tersebut. Dan juga Timur Tengah memiliki kekayaan Alam yang melimpah di bidang Perminyakan, Timur Tengah juga menjadi tempat lahirnya agama-agama besar seperti Islam, Kristen, dll dari banyaknya keunggulan yang dimiliki oleh Timur Tengah ini membuat sering mencari incaran negara-negara super power termasuk Uni soviet, Hubungan Uni Soviet dengan Timur Tengah sudah terjalin pada tahun 1918, pasca Revolusi Bolshevik yang dimana kebijakan luar negeri Soviet cenderung untuk mendukung perjuangan masyarakat diberbagaian benua untuk melawan terbebas dari iktana Kapitalisme, Imperialisme, dan Feodalisme yang biasanya dilakukan oleh Negara-Negara Barat.
Walaupun banyak akan sumber daya alam yang salah satunya berupa minyak dan tempat menjadi tempat yang strategis, Timur Tengah sendiri masih sering terjadi Konflik di dalamnya yang didasari pada perbedaan diantara mereka, salah satunya seperti yang kita ketahui rakyat Timur Tengah terdiri dari suku yang berbeda-beda dan adanya pandangan bahwa suku saya yang lebih mendominasi inilah sebagian kecil contoh perbedaan yang menyebabkan Timur Tengah sering untuk berkonflik dan Timur Tengah pun mayoritas masyarakat beragama Muslim inilah salah satu faktor terjadinya Konflik Arab-Israel yang dimana Israel adalah negara Yahudi dari perbedaan inilah konflik terus berjalan sampai kepada perebutan wilayah yang sampai saat ini pun konflik tersebut belum juga usai.
Ø  Awal terjadinya Konflik Arab – Israel
Pasca perang dunia pertama PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) menyetujui mandat yang diberikan oleh Britania raya atau Inggris untuk menjadikan Negara Palestina sebagai sebuah negara yang sebagian besar masyarakatnya adalah orang Yahudi dan pada tahun 1947 PBB menyetujui adanya pembagian wilayah Palestina menjadi dua wilayah yaitu Negara Yahudi dan Negara Islam, sebagian besar kelompok Yahudi menyetujui adanya gagasan tersebut tetapi berbeda dengan negara-negara Arab yang sama sekali tidak menerima adanya gagasan tersebut karena menurut sebagian besar Negara Negara Arab kelompok Yahudi mendapatkan luas wilayah yang cukup  besar jika dibandingkan dengan apa yang di terima oleh Negara Negara Arab.
Oleh sebab adanya rasa ketidak adilan ini pun berbagai konflik muncul antara Negara-negara Arab dengan kelompok Yahudi dan pada pada 1 desember 1947 beberapa Negara Arab termasuk pasukan libanon, Suriah dll melakukan tindakan penyerangan terhadap kelompok Yahudi yang baru saja memproklamasikan negara Israel yang dimana Uni Soviet juga menjadi salah satu Negara yang mengakui kemerdekaan negara Israel.
Terjadi pula perang 6 hari yang melibatkan negara Israel dengan beberapa negara Arab perang dimuali dari tanggal 5 sampai 10 juni 1967 dalam perang ini Israel berhasil memperluas wilayah mereka sampai ke Jalur Gaza, Semanjung Sinai, dan tepian barat Yerussalem dan karena adanya perebutan dan perluasan wilayah ini yang membuat konflik hingga sekarang tidak berakhir.
Dan setelah perang 6 hari ini pun masih banyak  konflik yang terjadi antara Arab dan Israel salah satunya adalah konflik Terusan Seuz yang melibatkan negara Mesir, Israel, Inggris, dan Perancis yang dimana di dalam konflik ini didasari pada pertimbangan–pertimbangan ekonomi pasca kolonialisme. Mesrir yang pada saat itu membutuhkan banyak dana meminta bantuan kepada Amerika Serikat dan Amerika Serikat pun meyetujui adanya bantuan tersebut tetapi dipertengahan tahun 1956 Amerika serikat mencabut bantuan tersebut dikarenakan kedekatan yang terjadi antara Mesir dan Uni Soviet yang dimana pada saat itu Uni Soviet adalah musuh besar bagi Amerika Serikat, akibat kekurangan dana yang dialami oleh Mesir presiden Gamalabdul Naser pun menasionalisasikan konflik ini, Keputusan Nasser untuk menas ionalisasi terusan Seuz memiliki dua tujuan yaitu mencabut hak keuntungan bagi Perancis dan Inggris, dan mencabut akses Israel terhadap saluran air tersebut hal ini membuat kekuasaan colonial menjadi murka dan membentuk aliansi bersama yang diberi nama operasi Muskeeter (serdadu bersenjata kuno), disetujui oleh lsrael, Perancis dan Inggris, dan saluran tersebut direbut oleh kekuatan militer gabungan pada tanggal 29 Oktober 1956 dan konflik inipun dimenangkan Israel, Perancis, dan juga Inggris yang dikarenakan rendahnya kualitas Militer yang dimiliki oleh Mesir dikarenkan para petinggi dari Negara tersebut tidak fokus untuk mengurusi kekuatan Militer kemengan ini menyebabkan kemarahan Amerika Serikat dan juga Uni Soviet yang dimana Uni Soviet mengancam akan melakukan serangan balasan terhadap London dan Paris serta Amerika Serikat membawa tekanan politik dan ekonomi yang cukup besar untuk dibebankan kepada Inggris, termasuk ancaman untuk menarik bantuan vitalnya bagi mata uang Inggris.
Ø  Peran Uni Soviet di Konflik Arab Israel
Keterlibatan Uni Soviet di Timur Tengah sendiri di dasari pada sikap anti Imperialis yang dilakukan oleh bangsa Barat, sikap ini juga yang menjadikan Uni Soviet mau mengakui kemerdekaan Israel yang dimana Uni soviet menjadi negara ke dua setelah Amerika serikat, tetapi hubungan baik antara Uni Soviet dengan Israel tidak berjalan lama dikarenkan adanya rasa kekhawatiran Stalin yang dipengaruhi oleh paham anti-semitisme pada akhir kepemimpinannya dan menyebabkan Uni Soviet beralih untuk membantu pergerakan nasionalisme di semanjung Arab di Mesir, Iraq, dan Syiria untuk melawan legitimasi Isreal, Uni Soviet memberikan dukungan kepada bangsa Arab melalui bantuan Militer yang dimana pada saat itu kekuatan Militer yang dimiliki oleh bangsa Arab sanagt kurang karena para petinggi pemrintah Arab paa saat itu kurang memerhatikan kekuatan Militer mereka dan Uni Soviet juga membantu membangun bendungan Aswan dan bantuan politik melalui PBB bantuan yang diberikan Uni Soviet kepada negara-negara Arab ini lebih banyak jika dibandingkan dengan bantuan yang di berikan Uni Soviet ke negara-negara lain yang ada di belahan dunia ini.
Ø  Kepentingan Uni Soviet di Timur Tengah
Seperti yang sudah di jelaskan di atas apabila suatu ideologi mampu mendominasi Timur Tengah maka seacara tidak langsung ideologi tersebut mampu mendominasi dunia hal ini lah yang menyebabkan Uni Soviet ingin memperluas Ideologi yang mereka miliki di Timur dan mengeser serta menandingi peran aktif Amerika Serikat di Timur Tengah dengan cara membantu negara-negara Arab untuk bisa keluar dari Imprealisme Barat sehingga timbulah citra baik Uni Soviet di Timur Tengah khususnya di Mesir karena Mesir merupakan pintu masuk untuk Uni Soviet agar bisa terlibat lebih jauh dalam perpolitikan di Timur Tengah dan menjadi pijakan pemebentukan kebijakan dan Hegemoni Uni Soviet di Timur Tengah, posisi Mesir sendiri sangat strategis bagi Uni Soviet karena sebagai pusat nasionalisme Arab pada masa itu yang dimana mempermudah Uni Soviet untuk dekat dengan negara-negara nasionalis tersebut. Adanya campur tangan Uni Soviet di dalam konflik Arab-Israel menandakan bahwa kebijakan luar negeri Soviet bukan hanya berbasis pada penyebaran Ideologi saja tetapi juga untuk menjadikan Uni Soviet sebagian kekuatan politik besar di dunia menjadi pertimbangan utama, dukungan yang diberikan oleh Uni Soviet kepada negara Mesir salah satunya tidak hanya berlandaskan pada rasa simpati terhadap perjuangan rakyat Mesir untuk melawan kekuatan Imperialisme barat tetapi juga untuk pertimbangan posisi strategis yang diperoleh Uni soviet di Timur Tengah dengan Mesir sebagai perpanjangan tangan untuk kepentingan Uni Soviet di Timur tengah. 
Ø  Upaya Perdamaian yang di lakukan Uni Soviet di Konflik Arab – Israel
Uni Soviet merupakan salah satu Negara yang menjadi aktor dibalik beberapa perundingan damai antar Arab – Israel yang dimana salah satu upaya Uni Soviet agar perundingan damai terjadi adalah dengan cara Soviet mencoba menggunakan posisi Diplomatis yang mereka miliki untuk menekan Israel, Inggris dan Perancis untuk menghentikan agresinya diwilayah Siani dan terusan Seuz dengan membawa konflik ini ke tingkat PBB berikut adalah pesan dari pemrintah Uni Soviet kepda PBB
2.      Agree with representative of the Arab and asian Countries about introduction of the join draf resolution which would include the following Basic provisions
a) condemnation of armed attack of England, France and Israel to Egypt as the act of aggression incompatible with the purposes and the principles of the UN;
b) the recommendation of England, France and to Israel immediately to stop military operations and to take away the armed forces from the territory of Egypt and from the Egyptian territorial waters;
c) appointment of the commission of the United Nations for supervision over implementation of these recommendations of an emergency special session of General Assembly. (Cahyo 2014)
Adanya upaya ini juga menandakan bahwa Uni Soviet mendukung revolusi yang diajukan oleh Negara-negara dunia ketiga sebagai bentuk usaha untuk Uni soviet meraih kekuatan diplomatis dalam konflik terusan Suez dan alasan utama Uni Soviet medukung resolusi ini adalah tak lain untuk kepentingan meraih diplomatis dalam jangka panjang. Petinggi Uni Soviet pada saat itu juga menyadari bahwa kemunculan dan suara dari Negara dunia ketiga mampu untuk menghadirkan kekutan politis yang tidak kalah kuatnya dari blok Amerika Serikat dan Uni Soviet. Uni Soviet juga percaya jika pada dalam konflik tersebut dimenangkan oleh Mesir maka Uni Soviet akan mendapat pandangan sebagai pembela-pembela Negara-negara dunia ketiga dan akan sangat berguna untuk kepentingan diplomatis Uni Soviet terhadap pengaruhnya di Negara-negara dunia ketiga dan yang paling utama yag incar oleh Soviet adalah kuatnya posisi mereka secara global dan bisa mengalahkan kekuatan Amerika serikat
Dan juga Uni Soviet menjadi salah satu Negara yang mensponsori terjadi Konferensi Perdamaian Madrid pada tahaun 1991 yang  mana didalam  konferensi  perdamaian  ini  dihadiri beberapa negara-negara Arab kecuali Israel dan Mesir pada pertemuan ini pun Palestina hadir tetapi bukan untuk menjadi wakil dari Palestina melainkan menjadi perwakilan dari Yordania dan bukan pula diwakilkan oleh pemimpin Palestina karena Israel menolak kehadiran Oganisasi Pembebasan Palestina (PLO)
Dalam salah satu agendanya terdapat upaya perjanjian damai antara Yordania dan Israel yang ditandatangani pada 26 Oktober 1994 di Lembah Areva, Israel, di dekat perbatasan Israel-Jordania. Perjanjian itu ditandatangani PM Israel Yitzak Rabin dan PM Yordania Abdelsalam al-Majali.  Perjanjian damai kedua Negara ini di saksikan oleh para petinggi dari Amerika Serikat dan Uni Soviet pada saat itu yang sekaligus menjadi sponsor dari adanya perdamain ini. (Muhammad; Trilaksana Agus 2016)
pada Konferensi Washington pun Uni Soviet ikut andil didalamnya menjadi Sponsor untuk konferensi ini bersama dengan Amerika Serikat. Konferensi Washington ini sendiri membahas dua masalah pokok pemberian otonomi pemerintahan yan terbatas, konferensi ini dihadiri oleh Yordania, Palestina, Suriah dan Lebanon serta Israel tetapi di pertengahan konferensi berjalan Israel yang diperkenankan untuk meninggalkan ruangan karena tidak bisa kondusif untuk mengikutijalannya konferensi dalam perundingan ini dihadiri oleh dewan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) yang dimana dalam perundingan ini PBB memihak kepada PLO (Palestina Liberation Organization) dengan ditandai dengan keluarnya resolusi melalui dewan keamanan yang menyaakan dan menegaskan bahwa tindakan dari tentara Israel telah melanggar konvensi Jenewa IV yang berisikan tentang perlindungan atas warga sipil di daerah pendudukan. Setelah terjadi banyaknya kendala untuk menyelenggarakan konferensi ini akhirnya konferensi Washington berhasil dilaksanakan dengan membahas rencana pemberian otonomi kepada rakyat daerah pendudukan secara terbatas. Setelah banyak terjadi perdebatan yang sangat sengit dari berbagai anggota yang mengikuti konferensi ini akhirnya konferensi ini ditunda karena kunjung tiak terjadi mufakat didalamnya, perundingan kembali dilanjutkan pada 7 januari 1992 tetapi disaat perundinga dilanjutkan Israel menolak menerapkan prinsip land for peace dan perundingan kembali ditunda dan dilanjutkan lagi pada tanggal 24 Februari – 04 Maret 1992 dengan fokus utama adalah tetap membahas masalah otonomi bagi daerah pendudukan namu PM Israel Yitzak Shamir lebih menekankan pada isu otonomi pemerintahan terbatas bagi penduduk jalur Gaza dan Tepi Barat dan menolak isu teritorial karena menurut Israel isu tersebut adalah sebagian bagian dari akhir pembagian wilayah, dari perundingan ini terdapat kemajuan dari perundingan – perundingan yang tidak menghasilkan apa-apa kemajuan dari perudingan ini pun dirasakan oleh warga Palestina dengan diberlakukannya kecaman keras terhadap tindakan  militer Israel yang memberlakukan tindakan deportasi terhadap pemuda atau rakyat Palestina dan bersedia untuk mengikuti keinganan Palestina Liberation Organization (PLO) untuk penasehat politik PLO diijinkan untuk datang ke Washington guna menjadi anggota perundingan padahal awalnya Israel tidak mengiinkan adanya Palestina Liberation Organization (PLO) didalam perundingan tersebut walaupun pada akhirnya perundingan tersebut Israel menyatakan tidak akan menarik pasukannya yang ada di Palestina dan Israel juga menyatakan bahwa hanya Israel lah yang berhak untuk mengurus keamanan disegala aspek. baik pemerintahan politik, sosial dan juga semua segi kehidupan maka dengan kata lain Israel menolak untuk menyerahkan daerah kependudukan dan akhirnya perundingan ini tidak berjalan lancar karena Palestina merasa dirugikan oleh keinginan Israel dan perundingan ini tidak berhasil.













Publication bibliography
Cahyo, Nur Arif (2014). Keterlibatan Uni Soviet Dalam Konflik Suez dan Perimbangan Kekuatan di Timur Tengah.
Muhammad: konflik Arab - Israel dan Intervensi asig dalam peta sejarah politik Timur Tengah.
Trilaksana Agus (2016): Aspek Historis Perananan PBB dalam Penyelesaiana Konflik Palestina - Israel 1967-1995 04.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar